Langsung ke konten utama

Konflik Israel palestina




Deklarasi balfour bermula saat teodhore herlzt ( mbuh kpye nulise) meminta turki melepaskan palestina dengan timbal balik para zionis menanggung utang perang turki di PD I 
Tp dtolak sama sultan (kalo g salah) Selim II 
Dan beliau berkata "tak ada hak ku atas sejengkal tanah palestina kecuali rakyatku yg berhak" 
Singkat cerita turki kalah perang, dan pihak sekutu ( inggris) balfour dri inggris, dilobi sama herlz untuk menyerah kan palestina sebg holly land & promise land kpada kaum yahudi. Dan skrg lah hasilnya.. 

Dulu ada daerah yang sekarang namanya kaya tepi barat, jalur Gaza dan Yerusalem serta sekitarnya itu ditempati oleh sebuha kerajaan/bangsa Yahudi.

Lalu sejarah menunjukan terjadi diaspora karena kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan lain dan daerahnya direbut oleh mereka.

Lalu daerah ini dikuasai silih berganti hingga akhirnya ditempati oleh orang2x Arab dan kemudian karena Islam adalah agama dominan didaerah ini maka daerah ini termasuk hegemoni dunia musim.

Lalu melalui serentetan konflik yg berujung pada PD 1.

Kekaisaran Utman (Ottoman Empire), menguasai daerah ini sampai pada PD 1 dimana mereka masuk dalam blok central dan melawan blok sekutu.

Perancis dan Inggris menyerang konstantinopel dan menguasai turki.

Mereka membagi2x penguasaan daerah ini dan Inggris mendapat jatah untuk mengurusi wilayah Palestina.

Awalnya gerakan Zionis meminta Inggris untuk menyerahkan daerah itu pada mereka dgn basis bahwa secara tradisional daerah ini adalah tempat asal Yahudi, namun hal ini kemudian jg ditentang oleh Vatikan yang merasa Yerusalem adalah tempat suci dan harus dalam penguasaan Roma dan juga Perancis yang secara historis Raja Kingdom of Jerusalem adalah takta perancis. 

Inggris akhirnya tidak mengabulkan permintaan Zionis namun jg tidak menyerahkan daerah ini pada Vatikan ataupun perancis, nantinya masalah inipun didiskusikan antara Inggris dengan pihak arab (Penguasa Mekkah dan Jordania) bagaimana batas2x Palestina dan negara Yahudi harus dibuat, namun rencana ini ditolak oleh pihak Zionis maupuna Palestina yg menginginkan seluruh daerah untuk salah satu dari mereka.

Walaupun tidak dikabulkan tapi baik penduduk lokal, penguasa Arab dan Inggris sendiri tidak melarang praktek pembelian tanah oleh imigran Yahudi yang ingin tinggal ditempat ini dan jumlah ini meningkat Drastis selama dekaded 30'an dengan semakin berkembang paham anti-semit di Eropa terutama di Jerman membuat orang2x Yahudi berimigrasi ke daerah mandat inggris ini.

Singkat cerita setelah masa PD 2, Banyak tawanan kamp konsentrasi Holocaust yg gak tau lagi / tidka jelas lagi kewarganegaraanya namun banyak orang2x Yahudi yg tinggal di Tepi barat/Mandat Inggris mengklaim bahwa mereka itu keluarganya sehingga orang2x itu dikirim kepada mereka didaerah Mandat Inggris.

Tawanan ini tidak meiliki dokumen atau tidak ingin kembali ketempat asalnya terutama yang berada didalam wailayah sovyet.

Masalah ini membuat bingung pasukan sekutu yang jadi pemenang dalam PD 2, banyak negara gak mau menerima orang2x yahudi ini yang selama dari holocaust. Mereka khawatir akan ada Nazi baru lagi yang akan menyerang negara mereka kalau mereka memberikan tempat bagi orang Yahudi.

Singkat cerita di PBB/keputusan dgn US (Saya lupa pastinya nanti saya cek), diputuskan agar orang2x ini dipindahkan semua ke wilayah yang jadi mandat palestina. 

Inggris sebenarnya tidka suka rencana ini makanya pada 1948 mereka mengembalikan mandat ini pada PBB untuk lepas tangan karena dari awal mereka sadar rencana ini akan menumbuhkan konflik. Pada masa ini kerajaan Inggris lebih Pro-Arab sementar US dan negara2x lainnya hanya ingin agar orang2x Yahudi ini / masalah Yahudi ini cepat selesai.

Banyak yg menduga Inggris ditekan oleh US dan Inggris sendiri akhrinya dikethaui memiliki perjanjian2x rahasia dengan penguasa arab mengenai pembagian daerah itu, menyebabkan mereka tidak dapat menyeimbangkan kepentingan lagi untuk maslaah itu dan memutuskan untuk menyerahkan mandat yang diberikan LBB (PBB sebelum PD 2) dan angkat kaki dari wilayah tersebut.

Kesempatan ini diambil oleh Pihak Zionis utnuk mendeklarasikan negara baru karena saat itu terjadi kekosongan kekuasaan diwilayah tersebut.

1 hari setelah deklrasi kemerdekaan negara baru yang disebut Israel ini, pasukan Irak, Mesir, Jordan dan Syria langusng menyerang tempat ini.

Inggris yang tidak mau ikut campur cuman nonton aja dan menyediakan PMI doank buat ke 2 belah pihak.

Inilah cikal bakal konfliknya.

Deklarasi Balfour itu "cuma surat pribadi" dan bisa di bilang ga ada kekuatan hukum apa2, hanya saja nantinya berpengaruh ke Mandat Palestina (British Mandate For Palestine). Jadi surat si Balfour sekitar 1917 -> Mandat Palestina 1920an (CMIIW, lupa tahunnya).

Pendeknya gini:

- Dengan persetujuan UN Inggris & Prancis bagi2 wilayah bekas Ottoman (Turki sekarang)

- Inggris dapat wilayah yang di sebut di thread ini ( holly land)+ Jordan (modern / sekarang).

- Untuk Jordan semula di bikin / dinamai Transjordan, terus di rubah jadi Kerajaan Jordania (Kingdom of Jordan - ada nama lengkapnya lagi). Ini ga ada masalah.

Untuk wilayah di holly land ini sama Inggris di bikin negara Palestina (namanya) tapi di dalamnya termasuk orang Yahudi (lihat surat si Balfour), negara ini di bawah British Rule (masih jajahan Inggris kasarnya). Biar gampang kita sebut aja "Mandat Palestina"

- Tentunya Inggris ga selamanya di situ. Oleh UN disusunlah satu rencana. Rencananya UN Mandat Palestina di bagi 3 negara (Partition Plan), yaitu Arab State (negara Arab - basically untuk orang Arab + Palestina), Jewish State (Yahudi) dan satu lagi International State (Internasional - Jerusalem, kota suci 3 agama).

- UN Partition Plan ini ditentang oleh negara2 Arab.

- Jewish senang2 aja, karena biarpun kecil akhirnya mereka punya negara (batas2 / peta menurut Partition Plan cari sendiri ya)

- Mulailah konflik antar komunitas Yahudi dan Arab di sana.

- Tahun 1947 Inggris mengumumkan kalau mereka mau mengakhiri Mandat Palestina.

- Tahun !948 Israel mengumumkan kemerdekaan.

- Sehari kemudian Israel diserang oleh pasukan Arab.

- Fast forward; hasil perang: Israel nambah wilayahnya (dari yang di propose UN di Partition Plan), Gaza Strip (jalur Gaza) di ambil Mesir, West Bank (Tepi Barat) di ambil Jordan.

- Palestina gigit jari. Mahmoud Abbas kemudian bilang kalo penolakan Arab terhadap Partition Plan adalah sebuah kesalahan

Waktu perang tahun 48 Inggris condong ke Arab (sekutu mereka Jordan, Irak, Saudi dll), tapi Amerika sudah liat kalau posisi Inggris sudah melemah di dunia Arab dan condong ke Israel (lebih ke dukungan politik / moral. Senjata Israel dari Ceko) dan menekan pemerintah Inggris untuk menyetop bantuan militer ke Arab. FYI, senjata Arab + pelatihan (terutama Jordan) dari Inggris.

Deklarasi Balfour hanyalah satu dari sekian banyak janji kosong yang disampaikan Sekutu selama PD I utk menggalang dukungan dari bangsa2 asing utk melawan Kekuatan Sentral. Sebagian besar di antaranya dikhianati setelah perang berakhir, termasuk Balfour Declaration.

Contohnya, Italia dijanjikan mendapatkan provinsi2 Austria-Hongaria di Balkan, tetapi akhirnya hanya mendapatkan sepotong kecil saja. Yunani dijanjikan mendapatkan Konstaninopel dan Symrnia tetapi pada akhirnya Sekutu berbalik mendukung Kemal dan membiarkan orang Yunani terusir dari Anatolia. Kurdistan, Armenia, dan bangsa2 Arab dijanjikan kemerdekaan dari Turki tetapi akhirnya dikhianati juga oleh Sekutu yang membiarkan Turki melindas Armeniadan membagi2 Kurdistan dan Arab di antara Inggris, Prancis, dan (ironisnya) Turki (selain sebagian Kurdistan, Turki diberikan Sanjak Alexandratta yang merupakan wilayah Syria oleh Prancis, Yang sampai kini tetap merupakan kegetiran bagi kaum nasionalis Syria )

Perang sipil Palestina x israel

.
Antara 1919-1926 sedikitnya 90.000 imigran Yahudi tiba di Palestina, mereka langsung menempati komunitas-komunitas Yahudi yang didirikan di atas tanah yang telah dibeli secara legal oleh agen-agen Zionis dari para tuan tanah Arab.

Tak jarang pembelian tanah ini menggusur para petani penggarap Arab. Kondisi ini membuat warga Arab Palestina merasa disingkirkan. Situasi ini ditambah keinginan menentukan nasib sendiri, semakin menumbuhkan gerakan nasionalisme Palestina.

Yang sering terjadi adalah para petani Palestina yang bekerja di tanah2 yang dibeli orang Yahudi menjadi lebih melek pendidikan, yang pada gilirannya mengancam privilege para tuan Palestina, yang ironisnya sebelumnya menjual tanah itu kepada kaum Zionis. Sebagai contoh, klan Palestina paling berpengaruh dan paling anti-Zionis pd tahun 1920-an dan 1930-an adalah klan Husseini pimpinan Mufti Yerusalem, tetapi salah satu anggota senior klan itu dan paman dari Mufti Yerusalem, terkenal sebagai salah satu penjual tanah Arab kepada kaum ZIonis. Para effendi Arab inilah yg kemudian mengerahkan massa utk menyerang pemukim Yahudi dan, ironisnya, menghabisi orang2 Palestina saingannya yang lebih terdidik dan bisa mengancam feodalisme lokal. 

Kebrutalan sesama orang Arab yang saling bersaing ini terlihat jelas pada angka korban selama pemberontakan Arab tahun 1930-an, di mana para gerilyawan Arab lebih banyak membunuh sesama orang Arab dibandingkan gabungan orang Inggris-Yahudi yang mereka bunuh. Itulah sebabnya banyak orang Arab Palestina di kemudian hari menganggap bencana yang ditimpakan terhadap mereka merupakan kesalahan klan Husseini. 

Masyarakat Arab Palaestina masa itu sendiri masih sangat feudal dan nasionalisme lokal masih kecil pengaruhnya kepada mereka. Kartu paling ampuh yang digunakan untuk menghimpun mereka sampai tahun 1948 adalah Pan-Islam (penganjur terkenalnya adalah Haji Amin el-Hussaini) dan, sampai Arafat memegang pimpinan PLO, adalah Pan-Arab. Itulah sebabnya sebelum Arafat, orang Palestina sangat mudah disetir oleh kepentingan negara2 Arab macam Mesir, Yordania, dan Syria.

Perang Arab - Israel 1948

.Hanya berselang sehari setelah David Ben Gurion dkk mendeklarasikan berdirinya negara Israel, deklarasi perang datang dari Mesir, Suriah, Irak, Lebanon, Jordania dan Arab Saudi. Deklarasi perang ini diikuti invasi pasukan Arab ke wilayah Yahudi. Pada 15 Mei 1948 pecahlah perang Arab-Israel pertama.

Pada awalnya pasukan Arab dengan jumlah pasukan lebih banyak dan persenjataan yang lebih baik dengan mudah menguasai wilayah-wilayah yang ditempati bangsa Yahudi.

Pasukan Suriah, Lebanon, Jordania dan Irak menyerang Galilea dan Haifa. Sementara di selatan pasukan Mesir maju hingga mencapai Tel Aviv. Namun, kordinasi antar pasukan Arab ternyata tidak terlalu baik dan di saat-saat akhir, Lebanon menarik mundur pasukannya.

Untuk menghadapi serbuan pasukan koalisi Arab ini, Israel pada 26 Mei 1948 membentuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang anggotanya adalah leburan dari berbagai milisi seperti Haganah, Palmach, Irgun dan Lehi.

Dalam perkembangannya, IDF justru berhasil mengerahkan lebih banyak pasukan ketimbang pasukan koalisi Arab. Pada awal 1949, Israel memiliki 115.000 tentara sedangkan koalisi Arab hanya sekitar 55.000 personel saja.

Setelah bertempur selama sembilan bulan, akhirnya pada 1949, tercapai gencatan senjata antara Israel dengan Mesir, Lebanon, Jordania dan Suriah. Hasil dari perang ini, Israel berhasil menguasai 78 persen wilayah Mandat Palestina. Sementara Mesir menguasai Jalur Gaza dan Jordania mendapatkan Tepi Barat. Jordania juga menguasai Jerusalem Timur sementara Israel memerintah Jerusalem Barat. Pada 1950, Tepi Barat resmi menjadi wilayah Jordania.

Pengungsi Palestina

Dampak lain perang ini adalah para pengungsi Palestina yang tersebar di berbagai lokasi. Setidaknya 750.000 warga Palestina yang mengungsi keluar dari wilayah yang menjadi bagian Israel tak diizinkan kembali ke wilayah Israel dan ke wilayah negara-negara Arab lainnya. Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai pengungsi Palestina.

Setelah perang 1948, para pengungsi Palestina yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat (Jordania), Jalur Gaza (Mesir) dan Suriah berusaha kembali masuk ke wilayah Israel. Mereka ini jika tertangkap akan dideportasi ke tempat asal mereka.

Dalam suratnya ke PBB pada 2 Agustus 1949, PM Israel David Ben-Gurion menolak kembalinya para pengungsi Palestina ke wilayah Israel. Pemerintah Israel mengatakan solusi untuk pengungsi Palestina adalah penempatan kembali di negara lain dan bukan mengembalikan mereka ke Israel.

Penolakan ini membuat perlawanan bangsa Palestina terhadap Israel meningkat. Mesir yang pada awalnya tidak ikut campur, akhirnya aktif melatih dan mempersenjatai para sukarelawan Palestina dari Jalur Gaza yang disebut Fedayeen. Kelompok ini yang kemudian aktif melakukan berbagai serangan di wilayah Israel.

Pada 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) berdiri. Tujuan PLO adalah memerdekakan Palestina dengan perjuangan bersenjata. Cita-cita PLO adalah mendirikan negara Palestina sesuai dengan tapal batas Mandat Palestina sebelum perang 1948. Selain itu, PLO juga bertujuan melenyapkan Zionisme dari Palestina dan ingin menentukan sendiri nasib Palestina.

Di saat yang sama, Mesir terus mendanai dan melatih para sukarelawan Palestina. Selain itu, Mesir juga secara reguler menambah jumlah pasukannya di Gurun Sinai di dekat perbatasan dengan Israel.

Tak hanya Mesir, sejumlah negara Arab seperti Jordania dan Suriah, juga menunjukkan gelagat mengancam. Akibatnya, Israel memutuskan untuk terlebih dulu menyerang Mesir pada 5 Juni 1967. Pecahlah perang enam hari yang juga akan mengubah wajah Palestina.

Perang 6 Hari

.

Perang Enam Hari-1
Timur Tengah adalah sebutan untuk wilayah yang mencakup Afrika Utara & Asia Barat. Sebagai akibat dari posisinya yang strategis & kandungan minyaknya yang tinggi, Timur Tengah dalam sejarahnya kerap dilanda aneka konflik bersenjata. Dari sekian banya konflik yang pernah melanda kawasan Timur Tengah, salah satu konflik yang hanya berlangsung singkat namun sangat terkenal adalah Perang 6 Hari.

Perang 6 Hari atau Perang Arab-Israel 1967 adalah perang yang berlangsung selama (hampir) 6 hari, tepatnya antara tanggal 5 - 10 Juni 1967. Konflik tersebut merupakan bagian dari rangkaian konflik bersenjata antara Israel melawan negara-negara Arab yang diwakili oleh Mesir, Suriah, & Yordania. Pasca perang yang dimenangkan oleh Israel tersebut, wilayah Israel bertambah luas, sementara wilayah negara-negara Arab tetangganya menyusut.



LATAR BELAKANG

Akar dari Perang 6 Hari bisa ditelusuri sejak tahun 1948 di mana pada tahun tersebut, komunitas pemukim Yahudi di Palestina memproklamasikan berdirinya negara Israel. Negara-negara besar seperti AS & Uni Soviet menyatakan pengakuannya atas proklamasi tersebut, namun tidak dengan negara-negara Arab yang menganggap pembentukan Israel sebagai ilegal karena didirikan sebelum masalah sengketa wilayah antara orang-orang Yahudi & Arab Palestina yang sudah berlangsung sejak permulaan abad ke-20 benar-benar terselesaikan.

Penolakan pendirian Israel ditunjukkan dengan invasi negara-negara Arab ke wilayah Israel pada tahun yang sama. Setahun kemudian alias pada tahun 1949, perang akhirnya berhenti, namun masalah sengketa antara Israel dengan komunitas Arab tetap belum terselesaikan. Selama periode pasca perang tersebut, para pengungsi Arab Palestina juga mulai melakukan serangan sembunyi-sembunyi ke wilayah Israel dengan memakai wilayah negara-negara Arab di sekitar Israel sebagai markasnya, salah satunya dari wilayah Yordania.

Serangan demi serangan yang dilakukan oleh para gerilyawan Palestina lantas memancing Israel untuk melakukan serangan balasan ke desa As-Samu, Yordania, pada tahun 1966. Serangan Israel ke wilayah Yordania tersebut tak pelak memancing kemarahan pemerintah Yordania, terlebih karena ada tentara Yordania yang dilaporkan tewas akibat serangan tersebut. Maka, tak lama sesudah peristiwa serangan di As-Samu, Yordania mulai memobilisasi pasukannya di sepanjang perbatasan Yordania-Israel & mulai meningkatkan kontak dengan negara-negara Arab lainnya kalau-kalau perang melawan Israel meletus kembali.

Selain dari Yordania, Israel juga mendapatkan serangan-serangan sporadis dari para gerilyawan Palestina yang bermukim di Suriah. Merasa kesal dengan Suriah yang dianggap sengaja menyokong para gerilyawan tersebut, pada tahun 1967 Israel mengancam akan mengambil tindakan militer bila tidak ada respon lebih lanjut dari pemerintah Suriah untuk membatasi aktivitas gerilyawan-gerilyawan Palestina di wilayahnya. Tak lama sesudah keluarnya ancaman tersebut, Suriah & sekutunya Uni Soviet memperingatkan Mesir kalau Israel berencana melakukan serangan besar-besaran ke Suriah.

Karena Mesir & Suriah memiliki perjanjian militer akan saling membantu bila salah satu dari keduanya diserang, maka kabar tersebut langsung direspon Mesir dengan mulai memobilisasi pasukannya di Semenanjung Sinai, wilayah timur Mesir yang berbatasan langsung dengan Israel. Selain karena masalah solidaritas dengan Palestina & Suriah, Mesir juga memiliki dendam pribadi dengan Israel karena Israel dulu pernah menyerang wilayah Mesir bersama-sama dengan Inggris & Prancis pada tahun 1956 ketika terjadi krisis status kepemilikan Terusan Suez.

Bulan Mei 1967, Mesir meminta pasukan perdamaian PBB yang beroperasi di Sinai, Mesir timur, untuk segera meninggalkan lokasi tersebut. Masih di bulan yang sama, Mesir juga melarang kapal-kapal berbendera Israel untuk beroperasi di Selat Tiran yang terletak di antara Sinai (Mesir) & Arab Saudi. Merasa khawatir dengan perkembangan tersebut, pada bulan Juni 1967 parlemen Israel setuju untuk memulai serangan lebih dulu dengan harapan bisa melumpuhkan pasukan negara-negara Arab sebelum mereka menyerang Israel lebih dulu. Dengan keluarnya keputusan tersebut, pecahnya Perang Arab-Israel episode baru pun tak terelakkan lagi...

Perang Enam Hari-2
BERJALANNYA PERANG

Front Barat (Jalur Gaza & Semenanjung Sinai, Mesir)

Tanggal 5 Juni 1967 di bawah kode sandi "Operasi Fokus", pesawat-pesawat tempur Israel secara mendadak melancarkan serangan ke pangkalan-pangkalan udara milik Mesir. Akibat serangan tersebut, Mesir yang sebelum perang merupakan negara Arab dengan kekuatan militer terlengkap & termodern kehilangan sebagian besar pesawat tempurnya. Total, ada 338 pesawat Mesir yang hancur akibat serangan tersebut. Hancurnya pesawat-pesawat tempur Mesir di lain pihak memberikan keuntungan bagi Israel yang kini bisa mendominasi front udara di sisa Perang 6 Hari.

Pada tanggal yang sama, pasukan darat Israel yang sudah disiagakan di sepanjang perbatasan Israel-Mesir juga mulai bergerak memasuki wilayah Mesir dengan harapan bisa memanfaatkan kelengahan Mesir yang masih terkaget-kaget akan serangan udara mendadak Israel. Awalnya Mesir mengira kalau Israel akan menyerang wilayah darat Mesir dari arah Sinai tengah & selatan seperti dalam konflik Suez di tahun 1956. Namun tanpa disangka-sangka, Israel ternyata melancarkan serangan dari arah Sinai utara & tengah.

Pasukan Israel awalnya mengalami kesulitan saat harus bergerak lebih jauh di Sinai karena terhalang oleh pasukan Mesir yang terkonsentrasi di Abu-Ageila. Namun dengan cerdik, mula-mula Israel menerjunkan pasukan penerjun payungnya di belakang garis depan pertempuran untuk menyabotase artileri milik pasukan Mesir. Rusaknya artileri pasukan Mesir lantas diikuti dengan pergerakan pasukan darat Israel yang mulai mengepung Abu-Ageila dari segala penjuru.

Pasukan Mesir di Abu-Ageila yang sudah dikeroyok dari segala arah sempat berusaha melawan sekuat tenaga. Namun setelah melalui pertempuran sengit selama 3,5 hari, pasukan Mesir akhirnya memilih untuk mundur meninggalkan Sinai & Abu-Ageila pun jatuh ke tangan Israel. Dengan mundurnya pasukan Mesir, selebihnya berjalan relatif mudah bagi Israel & pasukan Israel terus bergerak secara perlahan tapi pasti ke arah Sinai barat. Memasuki tanggal 8 Juni 1967, wilayah Semenanjung Sinai akhirnya berhasil dikuasai sepenuhnya oleh Israel.

Tanggal 8 Juni juga diwarnai dengan insiden penyerangan kapal perang AS, USS Liberty, oleh armada Israel di Laut Mediterania. Akibat serangan tersebut, USS Liberty mengalami kerusakan & 34 awak kapalnya harus kehilangan nyawa. Israel meminta maaf akan serangan tersebut sambil berdalih kalau mereka mengira bahwa USS Liberty adalah kapal perang Mesir. Permintaan maaf Israel tersebut diterima oleh pemerintah AS, namun peristiwa serangan USS Liberty tetap menjadi kontroversi hingga sekarang karena adanya pendapat bahwa serangan tersebut sebenarnya dilakukan secara sengaja oleh pasukan Israel.

Tanggal 5 Juni 1967 pagi, pasukan Yordania mulai membombardir wilayah timur Israel dengan tembakan artileri. Hujan tembakan artileri tersebut lalu diikuti oleh serangan udara oleh pasukan Yordania tak lama berselang. Israel lantas membalas serangan-serangan tersebut dengan serangkaian gelombang serangan udara & tembakan misil darat yang sukses menghancurkan beberapa pesawat tempur & stasiun radar milik Yordania.

Memasuki sore hari, Israel mulai melancarkan serangan darat besar-besaran untuk merebut Yerusalem. Pertempuran berjalan sengit & pasukan Israel awalnya kesulitan untuk menembus garis pertahanan pasukan Yordania yang berpengamanan tinggi & dilengkapi dengan ranjau. Namun, pasukan Israel yang dibantu oleh serangan udara akhirnya berhasil menembus garis pertahanan tersebut & mencapai tepi Yerusalem pada tanggal 7 Juni. Salah satu kunci keberhasilan dari serangan tersebut adalah karena pesawat tempur Israel menargetkan tangki bahan bakar eksternal milik tank-tank Yordania sehingga tank-tank tersebut tak bisa lagi dioperasikan.

Di daerah sekitar Yerusalem, pertempuran sengit masih tetap berlangsung. Pasukan Yordania yang masih tersisa awalnya masih sanggup bertahan & bahkan sempat berhasil menghancurkan kendaraan-kendaraan tempur Israel yang berdatangan. Namun, serangan udara besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Israel selama 2 jam akhirnya menamatkan perlawanan pasukan Yordania tersebut. Merasa tidak sanggup lagi bertahan lebih lama menghadapi gempuran pasukan Israel, pasukan Yordania akhirnya memilih untuk mundur & seluruh wilayah Tepi Barat pun jatuh ke tangan Israel.

Front Timur Laut (Dataran Tinggi Golan, Suriah)

Menyusul beredarnya informasi palsu bahwa pasukan Mesir berhasil menundukkan pasukan Israel & sedang bersiap menyerbu Tel Aviv, ibukota Israel saat itu, Suriah akhirnya memutuskan untuk mulai ikut terjun ke medan perang. Sebagai serangan pembuka, Suriah mengirimkan pesawat-pesawat tempurnya untuk membombardir pemukiman Israel di Galilea, namun pesawat-pesawat tempur Israel dengan sigap mencegatnya & sukses menembak jatuh 3 pesawat tempur milik Suriah.

Pada sore hari tanggal 5 Juni, Israel melancarkan serangan udara balasan ke wilayah Suriah. Pesawat-pesawat tempur mereka membombardir pangkalan-pangkalan udara milik Suriah untuk menghancurkan pesawat-pesawat tempur yang masih diparkir - meniru taktik yang mereka lakukan di hari-hari awal peperangan di front Mesir. Akibat serangan tersebut, Suriah kehilangan 30 lebih pesawat militernya & pesawat-pesawat Suriah yang masih tersisa diperintahkan untuk diparkir di wilayah Suriah yang lebih dalam.

Tanggal 9 Juni dini hari, Suriah yang sejak 5 hari sebelumnya terlibat kontak senjata kecil-kecilan dengan pasukan darat Israel mengeluarkan pernyataan gencatan senjata. Namun gencatan senjata tersebut ditolak oleh Israel yang berdalih ingin "menghukum" Suriah atas keterlibatan mereka dalam Perang 6 Hari. Maka masih di tanggal yang sama, dengan modal bocoran informasi dari Eli Cohen - mata-mata Israel yang menyamar sebagai petinggi militer Suriah - pasukan Israel mulai bersiap untuk menguasai Dataran Tinggi Golan yang terletak di perbatasan Israel & Suriah.

Tanggal 9 Juni pagi, Israel memulai agresinya dengan melancarkan serangan udara besar-besaran selama 2 jam yang sukses menghancurkan sejumlah meriam artileri & gudang logistik milik Suriah. Serangan udara tersebut juga memakan korban jiwa dalam jumlah besar sehingga imbasnya, moral pasukan Suriah mulai jatuh & banyak dari mereka yang mulai membelot atau kabur dari medan perang. Di lain pihak, tak lama sesudah serangan udara dilancarkan, pasukan darat Israel mulai digerakkan untuk menembus garis pertahanan yang dibangun oleh pasukan Suriah.

Pertempuran darat berjalan sulit bagi kedua belah pihak, terutama karena kondisi Dataran Tinggi Golan yang berbukit-bukit. Kendati demikian, Israel masih tetap menunjukkan superioritasnya & secara perlahan tapi pasti mereka terus bergerak lebih dalam ke wilayah Suriah. Pasukan Suriah di lain pihak hanya bisa sesekali menahan serangan pasukan Israel sebelum kemudian mundur. Memasuki tanggal 10 Juni, seluruh wilayah Golan akhirnya berhasil dikuasai oleh Israel dengan sedikit usaha karena seluruh pasukan Suriah yang masih ada di Golan ternyata sudah melarikan diri pada hari itu. Dikuasainya Golan sekaligus menandai berakhirnya Perang 6 Hari dengan kemenangan telak Israel atas tetangga-tetangganya.

Perang Enam Hari-3
KONDISI PASCA PERANG
Perang 6 Hari jika ditotal berlangsung selama sekitar 132,5 jam alias sekitar 5,5 hari. Jumlah korban tewas di pihak Israel akibat Perang 6 Hari mencapai 900 jiwa lebih, namun jumlah tersebut bisa dikatakan tidak seberapa bila dibandingkan dengan jumlah korban tewas di pihak negara-negara Arab lawannya. Mesir kehilangan 15.000 tentaranya, Yordania kehilangan 6.000 tentaranya, sementara Suriah kehilangan 2.500 tentaranya. Selain korban tewas yang jumlahnya mencapai puluhan ribu, negara-negara Arab tersebut juga kehilangan lebih dari 5.000 buah tanknya.

Menurut para pengamat, ada beberapa penyebab kenapa Israel bisa menang kendati dikeroyok oleh negara-negara tetangganya. Pertama, Israel memaksimalkan keunggulannya di udara dengan menghancurkan pesawat-pesawat tempur musuh di hari awal perang. Kedua, kurangnya koordinasi & semangat juang dari militer negara-negara Arab lawannya. Terakhir, Israel memperoleh keunggulan informasi intelijen mengenai kondisi internal negara-negara lawannya. Dari pihak yang berperang, Mesir & Suriah menuduh Israel bisa menang dalam Perang 6 Hari karena memperoleh bantuan dari AS & Inggris.

Pasca Perang 6 Hari, wilayah Israel bertambah luas sebagai akibat dari keberhasilannya menguasai wilayah negara-negara tetangganya selama perang. Di sebelah selatan, mereka mendapatkan Semenanjung Sinai & Jalur Gaza dari Mesir. Sementara di sebelah timur, mereka mendapatkan Tepi Barat dari Yordania & Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Bulan November 1967, PBB menginstruksikan Israel untuk mundur dari wilayah-wilayah taklukannya tersebut. Namun selain daerah Sinai & Jalur Gaza, wilayah-wilayah hasil taklukan Israel dalam Perang 6 Hari tetap dikuasai oleh Israel sehingga terus memicu sengketa hingga sekarang.

Kekalahan telak yang diderita oleh negara-negara Arab dalam Perang 6 Hari tidak membuat mereka kapok untuk kembali berkonflik dengan Israel. Sejak bulan Juli 1967 alias hanya sebulan sesudah Perang 6 Hari contohnya, Mesir & Yordania terlibat pertempuran kecil-kecilan dengan Israel yang dikenal sebagai "Perang Pengurangan" (War of Attrition) hingga tahun 1970. Tahun 1973, Mesir & Suriah juga kembali terlibat perang skala besar dengan Israel dalam perang yang populer dengan nama "Perang Yom Kippur". Sesudah Perang Yom Kippur, tidak ada lagi konflik antar negara yang melibatkan Israel, namun mereka tetap terlibat pertempuran dengan milisi- milisi Palestina & Lebanon hingga sekrang

RINGKASAN PERANG

1. Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 5 - 10 Juni 1967
- Lokasi : Israel, Mesir, Suriah, Yordania

2. Pihak yang Bertempur
(Negara) - Israel
melawan
(Negara) - Mesir, Suriah, Yordania

3. Hasil Akhir
- Kemenangan pihak Israel
- Wilayah Israel bertambah luas hingga 3 kali lipat
- Konflik susulan berlanjut antara Israel melawan Mesir & Yordania

4. Korban Jiwa
- Israel : 776 - 983 orang
- Mesir : 10.000 - 15.000 orang
- Suriah : 2.500 orang
- Yordania : 6.000 orang

Note : perang 6 hari mmbuat Israel menguasai semenanjung sinai milik mesir

Kenapa amerika selalu memihak israel, berikut bbrapa alaaasaan 

- Dari sisi internasional, suara Israel di UN konsisten dengan Amerika (selalu pro Amerika)

- Kerjasama mereka ada di berbagai bidang, ekonomi, teknologi, militer etc, dan kerjasama2 ini "buahnya" manis.

- Kondisi dalam negri dan politik Israel yang stabil dan rakyat Israel pun secara natural condong ke Amerika. Di lain pihak tetangga2nya ada Arab Spring dan sisanya monarki yang kalau sampai jatuh dikuatirkan akan sway ke arah yang berlawanan dengan Amerika.

SEKELEBAT CAMP DAVID

Perjanjian Camp David ditandatangani pada 26 Januari 1978, oleh presiden Mesir, Anwar Sadat, dan perdana menteri Israel, Menachem Begin, dengan diperantarai presiden Amerika, Jimmy Carter. Perjanjian tersebut berisi kesepakatan bahwa Israel akan mengembalikan Gurun Sinai kepada Mesir, dan Mesir secara resmi akan mengakui negara Israel.

Penandatanganan perjanjian Camp David menyulut gelombang protes dan kecaman negara-negara Arab serta kaum muslim di dunia. Mesir pun kemudian diasingkan dari dunia Islam, dan banyak negara Arab serta negara muslim yang memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Mesir.

Sebelumnya, Anwar Sadat telah membuat marah bangsa Arab dan kaum muslim ketika ia melakukan kunjungan ke Baitul Maqdis, pada 19 November 1977. Itu merupakan kunjungan pertama presiden negara Arab ke Israel, dan kunjungan itu pun menciptakan gelombang protes dan kemarahan bangsa Arab, khususnya Palestina. Anwar Sadat pun dianggap telah mengkhianati bangsa Arab dan rakyat Mesir.



Dirangkum dari komentar facebook : 

Tegar Prihandono SE    /  https://www.facebook.com/profile.php?id=100012930432004&fref=ufi

Di grup fb : https://www.facebook.com/groups/1458202247563704/?ref=bookmarks

Tanggapan dari Postingan Alifatus Kusniya Tanggal 15 April jam 11:54

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks Khutbah Nabi Muhammad Pada Haji Wada

خطبة النبي صلى الله عليه وسلم في حجّة الوداع الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونتوب اليه, ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا. من يهد الله فلا مضل له, ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. أوصيكم عباد الله بتقوى الله, وأحثكم على طاعته, وأستفتح بالذي هو خير. أما بعد, أيها الناس, اسمعوا مني أبيّن لكم, فاني لا أدري لعلي لا ألقاكم بعد عامي هذا في موقفي هذا. أيها الناس, ان دماءكم وأموالكم حرام عليكم الى أن تلقوا ربكم كحرمة يومكم هذا في شهركم هذا في بلدكم هذا, ألا هل بلّغت؟ اللهم فاشهد. فمن كانت عنده أمانة فليؤدها الى من ائتمنه عليها. ان ربا الجاهلية موضوع, وان أوّل ربا أبدأ به ربا عمّي العباس بن عبد المطّلب, وان دماء الجاهلية موضوعة, وأول دم أبدأ به دم عامر بن ربيعة بن الحارث, وان مآثر الجاهلية موضوعة غير السّدانة والسّقاية, والعمد قود, وشبه العمد ما قتل بالعصا والحجر, وفيه مائة بعير. فمن زاد؛ فهو من أهل الجاهلية. أيها الناس, ان الشيطان قد يئس أن يعبد في أرضكم هذه, ولكنّه قد رضي أن يطاع فيما سوى ذلك م

Petilasan Keraton Pajang, Cagar Budaya yang Terlupakan

Memasuki Jl. Joko Tingkir, Gang Benowo II Sonojiwan RT 5/RW 22 Makam Haji, Kartosuro, Sukoharjo, terdapat sebuah plakat yang menunjukkan lokasi berjarak seitar 100 meter dari jalan raya. Lokasi ini adalah Petilasan Keraton Pajang. Kerajaan Pajang runtuh seiring berdirinya Mataram. Bekas fisiknya nyaris tak terlihat karena termakan usia. Tak ada sisa beteng, bekas bangunan atau semacamnya yang menggambarkan perjalanan fisik Keraton Pajang selama ratusan tahun. Yang masih tersisa dari Keraton Pajang hanyalah sisa-sisa kayu yang dahulunya merupakan getek atau rakit yang pernah dinaiki Joko Tingkir saat melawan buaya. Kemudian sebuah batu yang dulunya menjadi tempat bersemadi dan sebuah sendang yang airnya selalu jernih meskipun terletak di pinggir sungai yang keruh dan kotor. Konon air sendang ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit jika air ini dipakai untuk mandi atau cuci muka. Di sini juga masih terdapat beberapa artefak peninggalan masa lalu. Pendapa Agung Petilasan Keraton Pa

kirab kebo bule 1 suro dalam pandangan sejarah

Dalam pendekatan periodisasi sejarah, kirab kebo bule ditengarai hadir semasa Paku Buwono (PB) VI pada abad XVII. PB VI merupakan raja surakarta yang dianggap memberontak kekuasaan penjajah Belanda dan sempat dibuang ke Ambon. Dalam peringatan naik takhta, sekaligus pergantian tahun dalam penanggalan Jawa malam 1 Sura, muncul kreativitas menghadirkan sosok kebo bule sebagai simbol perlawanan terhadap belanda. Kalau dirunut waktu kejadian, bahwa PB VI memerintah tahun  1823  –  1830 dan jika melihat hubungan dekatnya dengan pangeran diponegoro bisa jadi kirab itu bertujuan untuk memobilisasi rakyat untuk persiapan perang jawa.